Minggu, 29 November 2015

Cerpen Penglihatan Masa Depan (Tugas Akhir Semester)

Penglihatan Masa Depan
          Namaku Kentozt De Joure, aku tinggal dengan keluargaku di salah satu daratan yang tersisa karena banyak daratan yang tenggelam akibat pemanasan global dan hanya tersisa 2 daratan. Sekarang bumi telah berusia 2100 tahun. Kotaku sangatlah istimewa karena banyak gedung bertingkat, rumah-rumah tempat wisata serta kebun binatang. Kebun binatang dikotaku banyak dihuni hewan-hewan dari yang besar sampai yang terkecil, namun semuanya robot yang bersuara sama dengan binatang aslinya serta gerakanya sama pula.
          Kakek buyutku pernah bercerita bahwa dulu waktu dia kecil banyak binatang asli  yang masih hidup dari yang besar sampai yang kecil. Banyak sekali tumbuh-tumbuhan yang membuat udara menjadi sejuk. Sebenarnya, aku mau bertanya lebih banyak pada kakeku tapi kakeku meninggal 2 minggu setelahnya dengan usia 100 tahun.
          Aku hidup bersama keluargaku yang lebih beruntung dari pada keluarga yang lain. Kami membayar pajak oksigen buatan dengan radius 3 km, makanan dan air bersih. Oksigen dan air bersih di dunia sudah tercemar oleh limbah-limbah pabrik yang tidak baik untuk kesehatan tubuh serta makanan sudah susah karena tumbuhan serta hewan sudah banyak yang punah. Kata nenekku tumbuhanlah yang mengubah CO2 menjadi oksigen. Aku juga melihat ditelevisi bagaimana kehidupan di masa lalu yang begitu nyaman.
“Kentzot” tiba-tiba suara mamaku memanggil dengan suara samar-samar. Mungkin ia akan menyuruhku untuk melakukan sesuatu.
“iya” jawabku dengan keras.
“pergilah jalan-jalan daripada cuman melamun saja” saran mamaku karena aku hanya melamun saja.
          Aku langsung mangambil motorku yang berbahan bakar sinar matahari. Kata neneku dulu banyak orang memakai motor bahan bakar fosil yang memicu pemanasan global, tapi sekarang ilmuan banyak mengembangkan teknologi yang mengurangi pemansan global seperti O2 buatan, penjernih air, bahkan motor tanpa bahan bakar fosil. Teknologi para ilmuan tidak akan bertahan lama setidaknya beberapa tahun kedepan. Apabila udara, air dan makanan hilang mungkin itu akan menyababkan kepunahan bangsa manusia.
 Sebenarnya aku ingin ke perpustakaan untuk meminjam buku sejarah kehidupan tumbuhan dan hewan. Hanya untuk mengobati rasa penasaranku. Tetapi aku membatalkan niatku untuk ke perpustakaan dan beralih menuju alun alun kota. Kata ibuku, disana akan dipamerkan hewan langka pada masa lalu. Tapi, sepertinya aku kurang cepat. Sudah banyak sekali orang berkerumun disana. Dan penjagaannya pun sangat ketat. Karena ini sudah keluar dari wilayah pajak O2 kami, aku harus mengenakan helm oksigen yang memang sudah disiapkan oleh ibu. Orang-orang rela berdesakan hanya untuk melihat makhluk langka itu. Katanya makhluk itu hanya tersisa 2/3 ekor di dunia ini dan 1 di antaranya sudah hampir sekarat setelah berkembang biak, dan 1 ekor lagi ada di alam liar yang yang entah di mana tempatnya.
“Saudara sekalian inilah hewan langka yang hanya tersisa ada 3 populasi di dunia ini”
Astaga! Makhluk itu amat cantik. Bulu putih menyelimuti tubuhnya dan ia nampak sangat anggun. Tapi aku kasihan padanya. Tubuhnya kurus kering dan rantai menghalangi geraknya. Dia hanya diam, dan sekali-kali bergerak untuk menghela nafas dalam kandang sempitnya yang berada di tengah alun-alun.
“Ini dia si cantik! Dia telah berhasil berkembang biak 10 hari lalu.”
Kuda? Nenek pernah bercerita perihal kuda, ia berkata kalau dulu ia pernah punya kuda.. Mungkinkah binatang itu akan punah?Sepulangnya di rumah aku berusaha mencari foto-foto nenek buyutku di loteng, semoga saja ibu masih menyimpannya.
“Tozt!” panggil mamaku. Aku langsung turun untuk menghampirinya.
“Nenek.!” ternyata itu nenekku. Aku langsung memeluknya.
“Nenek ke sini untuk tinggal dengan kalian.” jelas nenekku.
Aku senang ia akan tinggal di sini, jadi aku bisa bertanya tentang masa lalu. Walau tidak tau sebanyak kakek buyutku. “Ku antar ke kamar ya nek?” dan nenek hanya mengangguk menunjukan senyum hangatnya. Setelah nenek dan aku rebahan di kasur, aku memulai pertanyaanku yang memang sangat ingin tau. “Hm… Nenek, apa waktu nenek kecil masih ada tumbuhan?”
“Masih, tetapi hanya tinggal tumbuhan tertentu. Dan sebagian besar tumbuhan sudah banyak yang punah”
“Nenek punya foto tumbuhan?”
“Tidak, tapi internet pasti ada kan” jawab nenek dengan
“Maksud nenek “browsing”, kenapa itu tak terfikir di pikiranku dari tadi?” kuraih ponselku dan mencoba mencari gambar dan informasi tumbuhan.Aku pun merenung, untuk dapat merubah dunia yang menyeramkan ini. Walau, tidak seluas dahulu, tidak ada banyak hewan, tetapi masih layak untuk kami huni. Mungkin yang dapat kulakukan yang pertama kali adalah kita harus menanam tanaman di lingkungan pajak O2 dari bibit tanaman yang tinggal sedikit. Dan mengembangbiakkan hewan yang ada, karena semuanya telah punah. Membuat lautan menjadi jernih dengan mengembangkan teknologi. Ya mungkin, aku akan bercita-cita untuk menjadi ilmuwan. Agar dunia menyeramkan ini bisa terlelap.
Tiba-tiba saja bunyi alarm terdengar, aku pun terbangun. Ternyata itu semua hanyalah mimpi. Aku bersyukur karena itu hanyalah mimpi. Mungkin sekarang aku akan menjaga lingkungan dengan baik. Apakah itu pesan dari masa depan ? Apakah itu peringatan dari aku di masa depan ?. Semoga itu tak akan terjadi.


 TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar